Thursday, September 04, 2008

Sesuatu Terjadi di Seoul (Part 1)


Tiba-tiba aku merindukannya, seseorang yang dulu pernah menemaniku, seseorang yang dulu pernah menjaga hatiku. Rasya, wajah ayunya dulu membuat aku tak bisa melupakannya. Aku masih ingat benar terakhir kali aku mencium keningnya. Putih, wangi, halus. Tak ada cacat yang aku temukan darinya selama dua tahun aku menjalin hubungan dengannya. Aku sendiri bingung mengapa waktu itu aku meninggalkannya. Aku sendiri tak habis pikir mengapa dulu aku menggantikannya dengan pilihan orang tuaku, yang kini menjadi istriku? Ah, lupakan saja.
Itu bagian dari masa lalu, jauh sekali. Hampir 10 tahun sudah aku melalui itu, kini aku hidup bahagia dengan keluargaku. Rina dan Winda menjadi pelengkap dalam menjalani bahtera kehidupan. Mereka berdua memberikan banyak makna lain dalam mengarungi setiap tantangan berjalan. Sedang Zahra istriku dengan kesetiaannya, segala ketulusannya membuat aku makin yakin kalau Tuhan begitu sempurna, aku makin yakin kalau Tuhan maha kuasa dalam menciptakan segala sesuatu. Zahra, adalah bagian dari ciptaan terindahnya yang sudah dianugrahkan untukku.

***
"Papa kok baru datang sih?" Hari ini aku memang pulang kantor larut sekali, aku lupa memberi tahu kalau ada rapat direksi. Wajahnya penuh tanya.
"Maaf Ma, papa lupa kasih kabar kalau hari ini ada rapat direksi," jawabku sembari merebahkan badan di sofa ruang tamu.
"Bahas apa Pa, kok sampai malam gini?" nampak masih penasaran.
"Ada investor dari Jepang, mau tanam modal. Jajaran direksi bingung mau ditolak sayang, mau diterima ia tuh koruptor nomer 1 di Jepang. Kita takut bermasalah." Jelasku mengharap tidak ada pertanyaan setelah ini, karena aku lelah sekali.
"Emang mau tanam modal berapa Pa? Kalau besar diterima aja Pa. Kan sayang Pa kalau ditolak, lumayan buat pengembangan bisnis perusahaan kita," masih dengan pertanyaannya,
"Kalau jawabnya besok pagi nggak dosa kan Ma?" aku beranjak dari ruang tamu menuju kamar dan membiarkan istriku diam di tempatnya semula.
***
Pagi ini begitu terang, aku puas sekali tidur semalam, sampai-sampai sholat Shubuhku terlewatkan. Aku bergeras menuju kamar mandi karena aku yakin Istri dan anak-anakku sudah menungguku di ruang makan.
"Asalamu'alikum Pa" sapa Rina dan Winda bersamaan sesampaiku di meja makan, sembari berebut mencium tanganku. Maklum, semalam mereka berdua belum sempat menyambutku pulang, keburu tertidur duluan.
"Wa'alaikumusalam," jawabku sambil duduk di kursi biasanya.
"Papa kok nggak siap-siap ke kantor?" tanya istriku ketika melihat aku tidak menggunakan pakaian kerja.
"Oh iya papa belum cerita ya, kalau nanti malam papa yang langsung menemani investor Jepang yang papa ceritakan semalam untuk ke Korea, mempelajari kerjasama perusahaan kita. Jadi hari ini papa nggak masuk kantor, untuk persiapan nanti malam." Jelasku
"Berapa hari Pa?" tanya istriku Zahra sambil menyuguhkan sepiring nasi di hadapanku.
"Paling lama 3 hari papa sudah balik ke Indonesia kok." Jawabku singkat.
"Ooo hati-hati di sana Pa, jangan sampai kehilangan tas lagi seperti waktu ke Korea dulu. Sekarang papa harus lebih hati-hati." Nasihat istriku. Aku diam mengiyakan.
"Jangan lupa beli oleh-oleh buat Winda Pa ya?" aku membalas dengan senyum
"Rina juga ya Pa?" Rina menyahutinya
"Iya sayang, nanti papa belikan hadiah buat kalian"
Bersambung....!

0 komentar: