Saturday, February 24, 2007

Hari IV (Dari Luxor menuju Aswan untuk menikmati Senja)‎


Kalau kemarin aku memulai aktifitas mulai pukul 08.00 pagi, hari ini lebih ‎pagi. Pukul 06.00 pagi kita sudah harus meninggalkan Luxor untuk menuju ‎Aswan. ‎
Kencang udara pagi ini tak menghalangi kicau burung-burung mesra ‎bertaburan di langit menemani perjalanan pagi ini. Sembari berkata dalam ‎hati "Akankan aku bisa kembali lagi ke kota yang penuh dengan ribuan ‎sejarah ini?" pertanyaan itu tiba-tiba terjawab oleh senyum manisku sendiri. ‎Dan hari ini tiba-tiba aku mengingat teman-temanku di Kairo, aku rindu ‎mereka, aku ingin bercengkrama dengan mereka seperti biasa. Tapi di sisi ‎lain, aku ingin lebih lama di Luxor menikmati keindahan peradaban Mesir ‎Kuno dengan "The Gembel" yang rasanya sudah begitu 'dekat' denganku. ‎Bahkan aku bermimpi suatu saat aku akan kembali ke tempat ini dengan ‎mereka lagi.‎

Tak terasa di tengah lamunan itu, aku dikagetkan oleh suara salah satu ‎temanku kalau kita sudah sampai di Ma'bad Edfu, tempat pertam
a yang kita ‎kunjungi di kota Aswan ini. Kemudian setelah kita menghabiskan banyak ‎waktu di sana, kita meneruskan perjalanan ke Ma'bad Embu yang letaknya tak ‎begitu jauh dari Ma'bad Edfu. Setelah ke tempat-tempat tersebut, kita menuju ‎hotel Cleopatra, tempat kami tinggal selama di Aswan. ‎
Dari kualitas, jelas Cleopatra lebih berkualitas tapi Cleopatra dan Karnak ‎sama-sama berbintang tiga. Meski demikian, banyak fasilitas hotel Karnak ‎yang tak kita temukan di hotel Cleopatra. Tapi setidaknya, kita bisa ‎merebahkan tubuh di saat lelah datang tanpa permisi.‎
Sekitar jam 4 sore, "The Gembel" jalan-jalan ke Sun
gai Nil sambil menunggu ‎saat-saat terbenamnya matahari hari ini. Begitu indah ternyata, dan yang ‎takkan pernah terlupakan bahwa perahu yang kita naiki mengantarkan kita ‎melintasi dan menerpa air Nil yang seakan-akan menjadi tuhan kedua bagi ‎orang Mesir, karena hanya itu yang bisa menghidupi mereka. Matahari ‎terbenam dan rembulan muncul, dua hal yang bisa kita nikmati dalam waktu ‎yang bersamaan. Sebuah keindahan ciptaan Tuhan yang tak ada duanya. ‎Banyak kisah yang kusimpan dalam memori hatiku di senja ini, seumur ‎hidupku belum pernah aku merasa kalau senja bagiku begitu istimewa.‎
Bahkan dulu, aku pernah beranggapan bahwa senja adalah masa yang paling ‎aku benco, karena kehadirannya hanya sejenak, seakan hanya sebagai ‎pelengkap, bukan yang abadi.

0 komentar: